-->

MATERI III : PENGUKURAN KONSUMSI OKSIGEN IKAN LELE (Clarias sp.)

MATERI III : PENGUKURAN KONSUMSI OKSIGEN IKAN LELE (Clarias sp.)



3.1. Hasil

Berdasarkan praktikum Fisiologi Nutrisi Organisme Budidaya dengan materi Pengukuran Konsumsi Oksigen Ikan Lele pada sistem dinamis tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Pengukuran Konsumsi Oksigen ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Dinamis
 


Oksigen terlarut
Konsumsi Oksigen

Pukul

(mg/l)
Waktu ke-

Dinamis
(WIB)





Ember A
Ember C
(mg/jam.gr)







1
09.00
1,8
-
2,8 x 10-5
2
11.00
7,6
8
6,29 x 10-5
3
13.00
7,8
8
3,14 x 10-5
4
15.00
0,36
0,22
2,2 x 10-5
5
17.00
0,16
0,26
1,57 x 10-5
6
19.00
0,54
0,35
2,98 x 10-5
7
21.00
0,92
0,28
1 x 10-4







Dapat dilihat pada Tabel 2, bahwa kandungan oksigen terlarut pada ember A yang merupakan ember yang berisi air dari tandon lebih tinggi dari pada ember C. kandungan oksigen terlarut pada ember C sudah berkurang akibat digunakan ikan Lele untuk melakukan respirasi. Kandungan oksigen pada ember A mencapai titik tertinggi pada pukul 11.00 WIB sebesar 7,8 mg/l dan titik terendah pada pukul 17.00 WIB sebesar 0,15 mg/l. DO pada ember C mencapai titik tertinggi pada pukul 11.00 WIB dan 12.00 sebesar 8 mg/l dan titik terendah pada pukul 15.00 WIB sebesar 0,22 mg/l. Nilai konsumsi oksigen ikan Lele pada wadah dinamis yaitu sekitar 6,29 x 10-5 sampai 1 x 10 -4 mg/jam.g.


Berdasarkan praktikum Fisiologi Nutrisi Organisme Budidaya dengan materi Pengukuran Konsumsi Oksigen ikan Lele pada sistem statis daapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengukuran Konsumsi Oksigen Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Statis


Pukul
Kadar Oksigen
Konsumsi Oksigen
No.
(mg/l)
Statis
(WIB)

Ember A
(mg/jam.g)






1
10.00
1,44
8,6 x 10-4
2
21.00
0,4

 

Berdasarkan hasil dari Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa kandungan oksigen terlarut pada awal praktikum didapatkan nilai sebesar 1,44 mg/l sedangkan kandungan oksigen akhir praktikum didapatkan nilai sebesar 0,4 mg/l. Dimana konsumsi oksigen ikan Lele pada wadah statis yaitu sekitar 8,6 x 10-4 mg/jam.g.

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum Fisiologi Nutrisi Organisme Budidaya tentang pengukuran konsumsi oksigen ikan Lele (Clarias sp.) dimana system yang digunakan yaitu system dinamis. System dinamis merupakan suatu cara yang diterapkan agar air mengalir secara terus menerus tanpa harus membuang air yang sudah dipakai. Air akan selalu berputar dari ember A, B, C dan masuk ke tandon dan dialirkan kembali ke ember A. pergerakan air dari ember ke tendon dibantu dengan pompa dan selang, dimana system yang diterapkan seperti system resirkulasi. Menurut Widyantoro et al. (2014), bahwa dalam budidaya ikan perbaikan teknis yang dilakukan yaitu perbaikan kualitas air dengan cara yang cara penerapan kolam resirkulasi. Penerapan kolam resirkulasi pada budidaya ikan lele tersebut bertujuan untuk memperbaiki kondisi kualitas air. Hal ini didukung oleh Lekang (2007), yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air dengan penerapan resirkulasi.

Wadah yang kami gunakan yaitu ada 3 ember dan satu bak tandon. Ember A (penerima air dari tandon), ember B (tempat ikan uji), Ember C (penerima air dari Ember B). Jadi air mengalir dari tandon ke Ember A lalu ke Ember B kemudian ke Ember C setelah itu dipompa kembali ke tandon. Sistem resirkulasi


yang diterapkan bertujuan untuk mensuplai oksigen karena adanya perputaran air sehingga oksigen bisa berdifusi dan dapat masuk ke dalam air. Kelebihan sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek biologisnya. Menurut Lesmana (2004), bahwa resirkulasi air dalam pemeliharaan ikan berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen serta menjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan. Hal ini diperkuat oleh Mulyadi et al. (2014), bahwa ada beberapa cara untuk memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air kotor agar menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam budi daya yaitu : aerasi, sirkulasi air, penggunaan pemanas. menyatakan bahwa sistem sirkulasi (perputaran atau pergerakan) air adalah sistem produksi yang menggunakan air pada suatu tempat lebih dari satu kali dengan adanya proses pengolahan limbah dan adanya perputaran air. Resirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen serta menjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengukuran konsumsi oksigen pada ikan Lele dengan sistem dinamis dapat diketahui bahwa nilai konsumsi oksigen dinamis yang tertinggi terjadi pada pukul 11:00 WIB yaitu sebesar 6,29 x 10-5 mg/jam.g. Peningkatan konsumsi oksigen ikan lele diakibatkan karena stress karena ikan lele yang pada waktu tersebut sedang melakukan aklimatisasi suhu. Akibat stress yang timbul tersebut, terjadi peningkatan aktivitas metabolismenya yang diiringi oleh peningkatan konsumsi oksigen. Menurut Irianto (2005), bahwa pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa stress pada ikan menyebabkan respirasi dan metabolisme meningkat. Menurut Bangsa et al. (2015), bahwa pada saat suhu lingkungan turun mendadak akan terjadi degradasi eritrosit sehingga proses respirasi (pernafasan atau pengambilan oksigen) terganggu. Sebaliknya, pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan bergerak aktif, tidak


mau berhenti makan, dan metabolisme cepat meningkat sehingga kotoran menjadi lebih banyak.

Akan tetapi jumlah laju oksigen dapat diekskresikan sebagai laju metabolisme ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperture, spesies, hewan, ukuran badan, bobot badan, dan aktivitas metabolisme ikan. Oksigen sangat dibutuhkan ikan untuk melakukan metabolisme berupa pembakaran energi. Sehingga apabila oksigen kurang maka ikan tidak dapat melakukan metabolisme. Apabila metabolisme tidak terjadi maka ikan akan terhambat pertumbuhannya. Jadi oksigen keberadaannya sangat diperlukan dan dijaga agar tidak turun dibawah rata-rata. Selain itu ada juga faktor-faktor lain yang dapat memicu peningkatan konsumsi oksigen. Faktor-faktor tersebut adalah stress lingkungan seperti suhu. Berbeda dengan faktor temperatur yang mempunyai pengaruh yang merata terhadap fisiologis semua organisma air. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air hanya berpengaruh secara nyata terhadap organisma air yang memang mutlak membutuhkan oksigen terlarut untuk respirasinya. Hal ini diperkuat juga oleh Samsundari dan Wirawan (2013), tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi tergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas, waktu setelah pemberian pakan dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme juga bervariasi antar spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang tersedia dalam suatu perairan.

Baca juga : 


DAFTAR PUSTAKA




Ananda, T., D. Rachmawati dan I. Samidjan. 2015. Pengaruh Papain pada Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 4(1): 47  53.

Bangsa, P.C., Sugito, Zuhrawati, R. Daud, N. Asmilia dan Azhar. 2015. Pengaruh Peningkatan Suhu terhadap Jumlah Eritrosit Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. 9(1): 9  11.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Lekang, O.I. 2007. Aquaculture Engineering. Blackwell Publishing, Singapore.
Pp 121-132.

Lesmana, D. S. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Mahyuddin, K.  2008.  Panduan  Lengkap  Agribisnis  Lele.  Penebar  Swadaya:
Jakarta.

Mulyadi, U. Tang, dan E. S. Yani. 2014. Sistem Resirkulasi dengan Menggunakan Filter yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(2): 117  124.

Najiyati, S. 2007. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Putra, A. M.. 2014. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Patin (Pangasius Sp.) yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi. [Skripsi]. Program Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rachmansyah .2008. Aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Media akuakultur .3 (1): 1 – 7.

Samsundari, S. Dan G. A. Wirawan. 2013. Analisis Penerapan Biofilter dalam Sistem Resirkulasi terhadap Mutu Kualitas Air Budidaya Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Gamma. 8(2): 86-97.

Saputra, S. W., P. Soedarsono dan G. A. Sulistyawati. 2009. Beberapa Aspek Biologi Ikan Kuniran (Upeneus spp) di Perairan Demak. Jurnal Saintek Perikanan. 5 (1): 1 – 6.


Widyantoro, W., Sarjito dan D. Harwanto. 2015. Pengaruh Pemuasaan terhadap Pertumbuhan dan Profil Darah Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Sistem Resirkulasi. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 103 – 108.
LihatTutupKomentar