-->

MATERI II : UJI LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG IKAN LELE (Clarias sp.)

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI NUTRISI ORGANISME BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.)




Disusun oleh:
IKA NURUL ASRIYANTI
26010213120040













PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016




MATERI II : UJI LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG
2.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum Fisiologi Nutrisi Organisme Budidaya tentang uji pengosongan lambung pada ikan lele (Clarias sp.), yang tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Uji Pengosongan Lambung Ikan Lele (Clarias sp.) dengan Penambahan Enzim Papain pada Pakan
Waktu ke-
Pukul
(WIB)
Pakan dalam lambung
(gr)
Pakan yang dimakan
(gr)
Jumlah makanan dalam lambung pada waktu t (%)
0
-
-
-
-
1
10.00
0,56
1,00
56,00
2
11.00
0,40
1,00
40,00
3
12.00
0,21
0,53
23,77
4
12.00
0,02
1,00
21,00

Tabel 2. Hasil Uji Pengosongan Lambung Ikan Lele (Clarias sp.) dengan Penambahan Probiotik pada Pakan
Waktu ke-
Pukul
(WIB)
Pakan dalam lambung
(gr)
Pakan yang dimakan
(gr)
Jumlah makanan dalam lambung pada waktu t (%)
0
-
-
-
-
1
10.00
0,60
2,6
23
2
11.00
0,07
2,6
2,7
3
12.00
0,03
2,6
1,1
4
12.00
0,10
2,6
3,6

2.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum Fisiologi dan Nutrisi Organisme Akuatik tentang uji pengosongan lambung ikan lele (Clarias sp.), kami melakukan uji penambahan enzim papain ke pakan untuk mengetahui seberapa cepat laju pengosongan lambung ikan lele. Ikan lele sebanyak 3 ekor diberi pakan pellet dengan penambahan enzim papain dan 1 ekor ikan lele diberi pakan biasa (ikan control). Pengamatan isi lambung dengan cara melakukan seksio pada ikan setelah ikan diberi pakan satu jam sebelumnya. Ikan uji pertama di seksio pada pukul 10.00 WIB dengan jumlah makanan dalam lambung pada waktu 1 jam yaitu 56 %. Ikan uji kedua di seksio pada pukul 11.00 WIB dengan jumlah makanan dalam lambung pada waktu 2 jam yaitu 40 %. Ikan uji ketiga di seksio pada pukul 12.00 WIB dengan jumlah makanan dalam lambung pada waktu 3 jam yaitu 23,77 %. Ikan uji keempat di seksio pada pukul 12.00 WIB dengan jumlah makanan dalam lambung pada waktu 3 jam yaitu 21 %. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pengososngan lambung dari ikan lele diantaranya suhu perairan, jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan, ukuran pakan yang diberikan, kandungan lemak pada pakan,kadar oksigen di perairan, kandungan bahan pencemar yang membuat ikan tidak memiliki nafsu makan dan stress akibat aklimatisasi. Menurut Rachmansyah (2008), bahwa laju pengosongan lambung merupakan kecepatan makanan yang dimakan oleh ikan hingga masuk kedalam rongga mulut akan ditelan dan masuk kedalam lambung dengan satuan g/jam atau mg/menit. Pergerakan makanan pada saluran pencernaan dapat diketahui dengan pengujian  laju pengosongan isi lambung.

Ikan lele (Clarias sp.) yang diberi pakan dengan tambahan enzim papain laju pengosongan lambungnya lebih cepat dibanding dengan pakan control dalam waktu tiga jam jumlah pakan dalam lambung sekitar . Menurut Ananda et al. (2015), bahwa ikan omnivora membutuhkan enzim papain untuk membantu mengoptimalkan penyerapan protein ke dalam tubuh ikan. Proses penyerapan protein membutuhkan enzim yang mampu menghidrolisis protein menjadi bahan yang sederhana sehingga dapat terserap dengan optimal oleh tubuh salah satunya dengan penambahan enzim papain. Namun berdasarkan hasil praktikum, uji pengosongan lambung pada ikan lele yang diberi pakan berprobiotik lebih cepat laju pengosongannya. Hal ini didukung oleh Wang (2008) dan (Putra, 2010), bahwa bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan.

Beragamnya frekuensi  pemberian pakan bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, yang berhubungan dengan volume dan kapasitas tamping lambung. Semakin kecil volume lambung semakin sedikit pakan yang dapat ditampung, maka frekuensi pemberian pakan semakin sering. Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung. Makin kecil kapasitas lambung, makin cepat waktu untuk mengosongkan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan tinggi. Selanjutnya dikatakan pula bahwa  setelah terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika segera tersedia pakan. Pertumbuhan merupakan proses tingkah laku dan fisiologis. Dalam hal ini proses tingkah laku mengkonsumsi makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh spesies, umur, nilai gizi dan keadaan lingkungan serta ketersediaan makanan.
Baca juga :
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI ORGANISME BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.)
LihatTutupKomentar