-->

Reproduksi Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Siap Memijah

Reproduksi Induk Udang Windu (Penaeus monodon
4.2.1.  Pemilihan Induk Udang Windu
Udang windu yang digunakan sebagai indukan berasal dari alam,yaitu dari laut Aceh dan Pangandaran.  Induk yang baru datang di seleksi terlebih dahulu ada yang cacat atau sakit, jika ada yang sakit dilakukan karantina di bak karantina. Selain itu dipilih indukan yang memiliki panjang dan berat tubuh yang sesuai kriteria induk udang windu.  Induk jantan yang diseleksi memiliki kriteria berat yaitu ± 75 g, panjang ± 17 cm dan umur berkisar > 12 bulan, sedangkan induk betina memiliki kriteria berat ± 130 g, panjang ± 23 cm, dan umur > 12 bulan.   Menurut pendapat Pujiati et al. (2014), bahwa semakin besar tubuh induk maka, akan jumlah telur yang dihasilkan akan semakin banyak. Menurut Murtidjo (2003), bahwa berat induk udang betina minimal 100 g, sedangkan induk udang jantan minimal 80 g, tubuh induk udang tidak cacat , terutama organ reproduksi dan bagian punggung dengan bentuk punggung induk udang relative datar dan berkulit keras.
4.2.2. Manajemen Pemijahan Udang Windu
a. Ablasi mata
Ablasi mata merupakan rekayasa untutuk mempercepat terjadiny matang gonad. Ablasi mata dilakukan dengan cara pemotongan tangkai mata, sehingga sehingga hormon pemnghambat perkembengan gonad dapat dihambat.  Menurut Zulfiana (2015), bahwa ablasi dilakukan dengan memotong salah satu tangkai mata yang tujuannya menghilangkan aktifitas Gonad Inhibiting Hormone (GIH), sehingga proses pematangan gonad terjadi dengan baik. Disamping itu, pemotongan tangkai mata untuk menghilangkan aktifitas GIH, juga menyebabkan kerusakan permanen pada mata dan menurunkan 50% sintesis neurohormon oleh kelenjar sinus. Ablasi dilakukan pada induk betina yang fase intermolt sehingga menyebabkan perkembangan ovum, ablasi yang dilakukan pada tahap premolting menyebabkan molting dan bila dilakukan dalam tahap molting menyebabakan kematian. 
Gambar 1. Ablasi Mata 
b. Sampling induk matang gonad
Sampling induk matang gonad dilakukan pada saat matahari terbenam yaitu sekitar pukul 18.00 WIB. Ciri induk betina yang sudah matang gonad atau masuk dalam TKG IV. Induk jantan sendiri tidak dilakukan pengamatan tingkat kematangan gonad.  Istfarini (2013) berpendapat bahwa, induk jantan memiliik ciri-ciri kematangan gonad.  Salah satu ciri induk jantan yang matang gonad yaitu kantong sperma akan berwarna putih dan penuh berisi sperma.
Induk betina dalam TKG IV memiliki ciri yaitu, gonad berwarna kecoklatan dan tebal, yang dapat dilihat dari punggung atas dari cephalotorax sampai pangkal ekor.  Menurut Sulistyowati (2011), tingkat kematangan gonad IV merupakan kategori matang yang dicirikan dengan ovari dan testis 2/3 sampai memenuhi ronggga tubuh, ovari coklat kemerahan, diselimuti pembuluh darah.  Telur dapat diamati secara langsung dengan indra penglihatan. Testis halus putih dan warnanya agak krem.  Hal tersebut diperkuat oleh Noventi (2001), bahwa tingkat kematangan gonad yang matang dicirikan dengan ovarium memiliki warna yang mencolok dan menempati hampir seluruh dorsal dari udang dan oosit sudah matang.  Noventi berpendapat bahwa, organ-X yang menghasilkan Gonad Inhibiting Hormon (GIH) yang menghambat pematangan gonad, sedangkan organ-Y yang terletak pada maksilar tubuh dan berfungsi untuk menghasikan Gonad Stimulating Hormon (GSH) yang berfungsi menstimulasi pematangan gonad.
Hasil gambar untuk induk udang windu matang gonad
Gambar 2. Induk Betina Matang Gonad
c. Proses pemijahan
Rasio pemijahan antara betina dan jantan yaitu 1 : 3. Induk jantan maupun betina dicampur sejak induk baru datang.  Penyampuran induk jantan dan betina bertujuan untuk mengawinkan dan terjadinya pemijahan. Proses perkawinan induk udang biasanya terjadi setelah matahari terbit sekitar pukul 16.00-18.00. Ciri-ciri induk yang sedang melakukan perkawinan yaitu induk jantan akan mengejar induk betina, kemudian jantan membalikkan badan betiana dan menempelkan spermanya pada thelycum dengan menggunakan petasma.  Proses awal perkawinan induk betina mengeluarkan feromon atau zat kimia yang menandakan induk betina sudah birahi sehingga induk jantan akan mengejar betina. Manipulasi lingkungan dapat diberikan untuk meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan mengecilkan aerasi dan sirkulasi air sehingga feromon tidak terbuang bersama aliran air.  Menurut Soekotjo (2002) berpendapat bahwa, perkawinan udang penaeid berlangsung secara internal dengan dimasukkannya spermatozoa pada thelicum (alat kelamin betina) lewat alat kelamin jantan yang disebut dengan petasma.  Pembuahan berbeda dengan perkawinan, karena terjadi secara eksternal dengan dikeluarkan bersama-sama spermamatozoa dari thelicum dengan sel telur.
Induk betina yang telah melakukan perkawinan selanjutnya akan dipindahkan kebak penetasan telur.  Pemindahan tersebut biasanya dilakukan pukul 18.00, dengan menggunakan seser.  Induk betina yang dipindahkan dicirikan dengan adanya sperma pada thelycum.  Sperma harus dipastikan berada pada lubang thelycum.  Pemindahan induk betina dari bak pemeliharaan induk ke bak penetasan telur dengan menggunakan seser, dan menjaga suhu tubuh udang agar tetap stabil.  Suhu tubuh udang harus dijaga karena udang bersifat poikilotherm. Menjaga suhu tubuh udang agar stabil yaitu dengan menghindari memegang langsung udang dengan tangan, karena suhu tubuh manusia sekitar 300C. Udang yang dipegang langsung dengan tangan, maka udang akan merespon suhu tubuhnya untuk menyamai dengan suhu tubuh manusia, sehingga mengakibatkan udang stres dan mengganggu proses pemijahan. Selama pemindahan udang dapat dicelupkan ke air yang ditampung pada sterofoam agar suhu tubuhnya tetap stabil.
Induk betina yang dipindah dalam bak penetasan telur selanjutnya akan melakukan pemijahan. Pemijahan bisanya terjadi dua jam setalah pemindahan dan puncaknya sekitar pukul 02.00 dini hari. Induk betina yang melakukan pemijahan biasanya akan menggunakan kaki jalannya untuk mengurai telur dengan sperma, agar bisa tercampur dan terjadi pembuahan.  Menurut Yuliati (2009), bahwa induk yang telah dimasukkan ke dalam bak peneluran akan mengeluarkan telur /spent.  Ciri induk yang udang windu yang mengeluarkan telur akan berada dipermukaan sambil berputar-putar untuk menyebarkan telurnya, setelah telurnya habis akan kembali ke dasar.  Pembuahan terjadi pada saat udang betina dengan cepat mencampur telur dan sperma yang melekat pada thelycum menggunakan kaki renang. Kaki renang udang betina akan bergerak seperti kipas, sehingga telur dan sperma dapat mencampur secara merata.
LihatTutupKomentar