-->

Konsep Rancang Bangun dan Desain Hatchery Ikan Belanak

Konsep Rancang Bangun dan Desain Hatchery Ikan Belanak

Desain untuk pembenihan harus dilakukan sebaik mungkin. Mulai dari fungsi desain, tata letak, skala produksi sampai sarana dan prasarana harus dipersiapkan dengan baik.

1. Fungsi Desain
Desain unit pembenihan adalah penataan ruangan dan lay out. Dengan demikian, aktifitas dalam proses produksi dapat berjalan lancar dan untuk mencegah adanya kontaminasi silang. Efisiensi waktu dan tenaga kerja serta efektifitas penggunaan sarana dan prasarana pembenihan harus menjadi pertimbangan dalam membangun sebuah hatchery pembenihan.
1. Desain dan deskripsi tangki, bagian ini menggambarkan tipe – tipe tangki utama dalam hatchery. Tangki dimaksud adalah tangki saringan pasir, tangki larva dan tangki untuk pakan hidup.
2. Tangki saringan pasir, hatchery dapat menggunakan saringan pasir secara gravitasi untuk memisahkan partikel – partikel kasar dan organisme dari sumber air. Beberapa tangki saringan biasanya dibuat dari beton dan mediumnya terdiri dari batuan dibagian dasarnya kemudian kerikil dan pasir padalapisan atasnya.Air masuk dari bagian atas tangki ini, dan tersaring melewati media dari atas ke bawah sebelum dialirkan ke tangki pemeliharaan larva.
3. Tangki pemeliharaan larva, tangki pemeliharaan larva umumnya terbuat dari beton, berbentuk persegi atau bujur-sangkar. Kapasitas tangki berkisar antara 6-10 m3. Biasanya tangki larva memiliki kedalaman 1 meter,tetapi untuk tangki pendederan antara 0.5-1 meter.Semua tangki beton yang digunakan untuk hatchery biasanya bagian dalamnya dicat epoxy untuk mencegah air kontak langsung dengan beton.
2. Sarana dan Prasarana
Pembenihan ikan belanak tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana. Kemudahan transportasi serta ketersediaan bahan dan peralatan untuk kegiatan pembenihan harus mudah, murah dan cepat didapat, sarana dan prasarasana yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wadah pemeliharaan induk, tangki indukan diguanakan tidak hanya untuk pemeliharaan dan pembesaran namun juga untuk pemijahan. Karena ukuran induk kerapu macan yang besar biasanya > 10 kg, maka lebih baik menggunakan tangki indukan besar (50-100m3). Tangkinya berbentuk bundar kotak atau persegi panjang dengan sudut membuulat dengan kedalaman 2 m dan sebaiknya 2.5 m. Warna yang disarankan adalah biru, hijau atau abu-abu;
2. Wadah inkubasi telur, wadah inkubasi telur adalah tangki berukuran 0,5–1,0m3 yang sudah diisi air laut dan dilengkapi aerasi. Hanya telur yang terapungyang digunakan untuk pemeliharaan larva, karena telur ini kemungkinan besar telah dibuahi dibandingkan dengan telur yang tenggelam yang biasanya tidak dibuahi atau mati;
3. Wadah pemeliharaan larva, bentuk bak pemeliharaan larva bisa bulat, segi empat (sudutnya melengkung) dan semi oval dengan daya tampung sekitar 10m3kedalaman 1,2 m. Bak larva sebaiknya di tempatkan di dalam ruangan dan bak dapat ditutup untuk mempertahankan suhu; dan
4. Wadah kultur pakan alami merupakan tempat memperbanyak pakan alami. Pakan alami yang diperlukan antara lain Rotifer, Artemia dan fitoplanton.
1.5. Sarana dan prasarana Hatchery Ikan Belanak
Penulis mengasumsikan bahwa satu siklus menghasilkan benih 50.000.000 benih. Jika menurut FAO rasio pembenihan M. Cephalus jantan : betina adalah 2 : 1, dan satu ekor induk memiliki fekunditas 0,5 – 2 juta telur (tergantung ukuran ikan). Maka kita asumsikan bahwa satu pasang induk mampu menghasilkan 2 juta telur dan 90 % dari jumlah telur terbuahi yaitu 1,8 juta telur. Telur yang telah terbuahi memiliki hatching rate 50 %. Asumsi tersebut disesuaikan dengan salah satu penelitian mengenai pembenihan M. Cephalus oleh Abraham et al., (1999) bahwa M. Cephalus hasil tangkapan di Muttukadu dekat Madras, India diinduksi untuk berkembangbiak menggunakan HCG dan Ovaprim. Total telur yang dihasilkan adalah 1,46 juta telur dengan 90 % telur terbuahi yaitu 1,26 juta dan pada masa inkubasi membentang lebih dari periode 30 – 32 jam tingkat penetasannya 41,6 %.
Telur yang telah menetas menjadi larva diasumsikan sebanyak 9 juta ekor setiap pemijahan. Apabila kelangsungan hidup diasumsikan sebanyak 70 % maka benih yang dihasilkan oleh sepasang induk adalah 630 ribu benih siap jual. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan Tamaru et al., (1993) bahwa feeding regime sesuai dengan gambar 6-3 dapat menghasilkan rata – rata kelangsungan hidup ≥70%.

Apabila dalam satu pasang induk (2 jantan : 1 betina) mampu menghasilkan benih 630 ribu ekor maka untuk menghasilkan benih 10 juta ekor maka diperlukan total induk 16 pasang induk atau 32 induk jantan dan 16 induk betina. Induk mulai memijah menurut Smith dan Deguara (2002) diestimasikan sudah berusia 22 bulan dengan jantan panjang total tubuhnya 24 – 44 cm dan betina panjang total tubuhnya 26 – 45 cm.
Diasumsikan jika induk ikan belanak dipelihara dalam kolam induk dengan padat tebar 2 ekor/m3, maka ada 3 kolam pemeliharaan induk dengan ukuran 4 x 2 x 1,5 m.
Pakan alami yang diberikan pada larva yaitu ada Nannochloropsis oculata, Brachionus plicatilis, dan Artemia salina naupli. Menurut Widjaja (2004), dalam penelitian yang dilakukan mengenai pendayagunaan Rotifera yang diberi pakan alami berbagai jenis mikroalga, pemberian pakan alami Nannochloropsis oculata menghasilkan pertumbuhan tertinggi yaitu 404 ind/ ml dibandingkan dengan Dunaliella sp., Isochrysis sp., dan Palvova sp., dan multispesies (campuran dari keempat jenis mikroalga).
Untuk mengetahui berapa banyak bak kultur fitoplankton maupun zooplankton maka harus diketahui feeding regime dari M. cephalus. Feeding regime larva ikan belanak diambil dari penelitian Tamaru et al. (1991) yaitu:


1.6. Perhitungan Kebutuhan Bak
Menurut FAO rasio pembenihan M. Cephalus jantan : betina adalah 2 : 1, dan satu ekor induk memiliki fekunditas 0,5 – 2 juta telur (tergantung ukuran ikan). Maka kita asumsikan bahwa satu pasang induk mampu menghasilkan 2 juta telur dan 90 % dari jumlah telur terbuahi yaitu 1,8 juta telur dalam 70 hari. Telur  yang telah terbuahi memiliki hatching rate 50 %. Produksi benih 50.000.000 ekor/siklus  dengan HR 50%, SR 70 hari 90%, fekunditasnya 2.000.000 telur/kg.
a. Kebutuhan larva   = 50.000.000 ekor x
= 55.555.555 ekor
b. Kebutuhan telur   = 55.555.555  x
= 111.111.110   butir telur
c. Kebutuhan induk
Berat betina standar minimal 1,0-2,1 kg. Jika 1 kg induk betina menghasilkan 2.000.000 butir telur.
ü Jumlah berat induk betina (kg) = 111.111.110 butir  : 2.000.000 butir
    = 55,5 kg
ü Jadi jumlah induknya, jika 1 induk betina matang gonad ukurannya 2 kg, maka membutuh induk betina  sebanyak:
Jumlah induk betina   = 55,5 kg : 2 kg
= 27,75 ekor atau 28 ekor
ü Apabila perbandingan induk jantan : betina (2:1), sehingga dibutuhkan 56 ekor jantan dan 28 ekor betina.
d. Kebutuhan untuk pemeliharaan larva
Kepadatan larva 20 ekor/L (Tamaru et al., 1991)
• Bak larva = (55.555.555 ekor : 20 ekor/L) x 1 L
     = 2.777.777 L  atau 2.777,8 m3  atau  2.777,8  x 106 mL
• Kebutuhan bak untuk larva dengan volume bak ukuran 18 m3 yaitu
Kebutuhan bak =  2.777,8 m3 : 18 m3 
  = 154 bak
• kebutuhan bak larva dapat digunakan secara bergantian.

Baca juga : 

LihatTutupKomentar